Minggu, 04 September 2011

Kebutuhan akan Ilmu

Seperti halnya dengan makan dan minum jiwa dan sisi bathin kita haus akan pengetahuan
bahkan ini bisa lebih dari sekedar rasa haus secara lahiriah, karena setiap detiknya kita perlu ilmu
Dari mulai terbit matahari hingga terbenam nya, manusia dihadapi tugas, tantangan dan ujian yang harus ia selesaikan, dan selama hayat masih di kandung badan tak kan pernah  hal itu selesai.
Maka kita perlu ilmu untuk mengantisipasinya, ditambah lagi mencari ilmu adalah kewajiban yang harus dlaksanakan setiap muslim , Ingat WAJIB!!
Bahkan seluruh makluk butuh akan ilmu, bagi hewan ia pun mereka di anugrahi ilmu sepertin naluri, adaptasi tuk menjaga kelangsungan hidupnya juga memberikan rasa aman dari cengkraman musuh nya..

Subhanallah dengan segala kebaikan ilmu..apalagi manusia!!
jujur jika kita menonton hotspot atau membaca sains bagaimana setiap makluk diciptakan sesuai ukuran dan memiliki fungsi sesuai ukurannya untuk hidup di alam bebas...ahh ga kebayang, darimana,kenapa, bagaimana itu terjadi????

jadi berasakan kita ini kecil??? apa yang kita pelajari ternyata hanya setetes tinta di lautan ini...
itulah mengapa saya katakan kehausan akan ilmu lebih dari rasa dahaga secara dhazirnya...

Soo... yuk jangan bosan bosa menuntun ilmu, makin kamu tau, makin merasa kamu tidak tau...

Hufft....

Hush...hush...hush...
pergi sana jauh jauh
bikin pening kepalaku

ihh...ihh..ihhh sebel!! sebel!!
pengennya robek lamunan ini
dan ku buang ke kali

krek ...krek..krek..
kisah itu ku potek potek

Bruk..bruk..bruk..
aku masukan ke tanah
ku tutup rata
lalu aku duduk diatasnya

ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
aku ingin santai saja

YUPP!!!

TAHAN DULU...PRASANGKA mu
JANGAN MENDAHULUI RABB mu
DIA LEBIH MAHA TAU

Memang kamu punya mau
TAPI RABB mu Lebih Tau, YAKIN ITU!!

Gemericik

Gemericik di dalam hati
tetesnya menembus jantung hati
masuk ke relung sanubari.....

Sedih, gundah, harap, cemas
tak taulah rasanya....

Ku coba tahan segenap upaya
ternyata gemericik jatuh dipelipis mata
(3 sept 2011. 19.30)


Jumat, 02 September 2011

Sebab-sebab mencapai lezatnya ibadah


Ada beberapa sebab untuk mendapatkan lezatnya beribadah kepada Ar-Rahman, di antaranya:

1. Bersungguh-sungguh untuk taat kepada Allah hingga jiwa dapat merasakan lezatnya ibadah
Dan tentunya hal ini membutuhkan kesabaran dengan terus memaksa jiwa berjalan di atas ketaatan. Awalnya memang sulit, namun seperti kata seorang penyair Arab:
لَأَسْتَسْهِلَنَّ الصَّعْبَ أَوْ أُدْرِكَ الْمنَى
فَمَا انْقَادَتِ الآمَلُ إِلاَّ لِصَابِر
Sungguh-sungguh aku akan menganggap mudah kesulitan itu hingga diperoleh apa yang kuinginkan dan kuharapkan
Tak kan tunduk harapan itu kecuali kepada orang yang sabar.


2. Meninggalkan banyak makan, minum, berbicara dan memandang tanpa ada keperluan
Sepantasnya seorang muslim tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, namun sekadar dapat menegakkan tulangnya, untuk membantunya untuk menunaikan ibadah dan beramal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
(يا بني آدم خذوا زينتكم عند كل مسجد و كلوا واشربوا و لا تسرفوا إنه لا يحب المسرفين)
Wahai anak-anak Adam, kenakanlah perhiasan kalian setiap kali menuju ke masjid. Makanlah kalian dan minumlah namun jangan berlebih-lebihan/ melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A’raf: 31)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
((كُلُوا وَ اشْرَبوا وَ الْبَسوا وَ تَصَدَّقُوا فِي غَيْرِ إسَرافٍ وَ لاَ مخيلَةٍ))
Makan, minum dan berpakaian serta bersedekahlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan tanpa takabbur.” (HR. Al-Bukhari)
Karena itulah kita dapat melihat, orang yang perutnya penuh dengan makanan maka ia akan malas mengerjakan shalat. Tidaklah ia bangkit menunaikannya kecuali laksana ia digiring dengan terbelenggu. Bila ia masuk di dalam shalat, ia menanti-nanti saat imam mengucapkan assalamu ‘alaikum wa rahmatullah.
Namun jangan dipahami bahwa seseorang itu harus mengurangi makan dan minumnya hingga bermudharat bagi tubuhnya, yang akibatnya akan terluput darinya kemaslahatan ukhrawi dan duniawi, sebagaimana perbuatan orang-orang yang tenggelam dalam sikap ghuluw (ekstrim).
Seorang muslim juga harus mengontrol ucapan lisannya dan mempersedikit berbicara, sebaliknya ia menyibukkan lisannya dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah mengajak manusia ke jalan yang benar. Dibolehkan seseorang berucap dengan pembicaraan yang mubah selama tidak berlebihan hingga pada akhirnya membuat hati menjadi keras dan kaku.
Adapun maksud membatasi pandangan adalah membatasinya dari memandang apa yang diharamkan ataupun dimakruhkan, seperti melihat surat kabar dan majalah yang di dalamnya memampang gambar-gambar yang memancing dan mengobarkan syahwat serta membawa kepada kehinaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
( إن السمع و البصر و الفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا)
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan ditanya kelak di hadapan Allah.” (Al-Isra: 36)

3. Memperbaiki makanan, minuman dan penghidupan
Seorang hamba perlu memperhatikan makanan, minuman dan penghidupannya. Janganlah ia masukkan ke dalam perutnya kecuali makanan dan minuman yang halal lagi baik (halalan thayyiban). Demikian pula dari penghidupannya yang lain, karena makanan, minuman dan penghidupan dari hasil yang haram dapat menghalangi seorang hamba dari kebaikan dengan terhalangnya pengabulan doanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
((إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا,وَ إِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ, فَقَالَ تَعَالَى : (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَ اعْمَلُوْا صَالِحًا). وَ قَالَ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتٍ مَا رَزَقْنَاكُمْ . ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَقُوْلُ : يَا رَبُّ يَا رَبُّ وَ مَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَ مَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَ مَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَ غُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنىَّ يُسْتَجَابُ له))
Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: (Wahai para rasul, makanlah makanan yang baik dan beramal shalihlah). Dan Dia berfirman: (Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian). Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan yang panjang, dalam keadaan rambutnya kusut masai lagi berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke langit seraya menyeru: Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku. Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia dihidupi dari yang haram, lalu bagaimana mungkin doanya akan dipenuhi.(HR. Muslim)

4. Menjauhkan diri dari perbuatan dosa, yang kecil terlebih lagi yang besar.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah berkata: “Aku tercegah untuk melaksanakan shalat malam karena satu dosa yang kuperbuat.
Ketika Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Al-Imam Malik rahimahullah guna memperdengarkan bacaannya, Al-Imam Malik kagum dengan kecerdasan, kepandaian dan sempurnanya pemahaman Al-Imam Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berkata: “Aku berpendapat bahwa Allah telah meletakkan di hatimu cahaya maka jangan engkau padamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat.”
Terhalang dari lezatnya ibadah
Di antara satu tanda yang jelas dari sekian tanda terhalangnya seseorang dari nikmatnya ibadah adalah ia merasa berat untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, sehingga kalaupun ia shalat maka ia bangkit dalam keadaan malas seakan-akan ia digiring kepada kematian sementara ia melihat kematian itu di depan matanya. Kita lihat ketika shalat ia seperti ayam yang mematuk-matuk makanannya, begitu cepat selesainya. Seandainya orang ini merasakan lezatnya shalat niscaya ia akan bersegera mengerjakannya. Ia akan memperbaiki shalatnya dan seselesainya shalat, ia sibukkan dirinya dengan wirid-wirid dan dzikir-dzikir. Namun memang hati yang terpaut dengan dunia merasa berat dan sulit untuk melakukannya. Kita mohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala keselamatan dan ampunan sebagaimana kita berharap taufiq dan hidayah-Nya. Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.
Sumber: http://www.majalahsyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=183

Kamis, 01 September 2011

Kasih Sayang

Pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ada seorang yang bernama Al-Aqra’ bin Habis. Dia seorang ayah yang memiliki sepuluh anak. Satu hari, dia melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Hasan, cucu beliau. Lantas Al-Aqra’ bin Habis berucap, “Sungguh, aku memiliki sepuluh anak. Tak satupun dari mereka yang pernah aku cium.” Menimpali ucapan ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
Sesungguhnya siapa yang tak menyayangi, dia tak akan disayangi.
Dalam riwayat lain disebutkan:
مَنْ لَا يَرْحَمِ النَّاسَ لَا يَرْحَمْهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ
Siapa yang tak menyayangi orang lain, Allah tak akan menyayanginya.” (Kisah ini merujuk pada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dalam Shahih Muslim no. 2318 dan 2319)


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmah dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.(Ali ‘Imran: 159)



Juga ada pada kata.

oleh Dian Cahaya pada 02 September 2011 jam 0:17
Sebab pada kata, ada jiwa yang berubah.
Dari jiwa yang berubah, awal dari sebuah Peradaban.
Maka, perhatikan tiap kata yang keluar dari lisan dan tulisan kita.

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya, daripada orang yang menyeru kepada Alloh, dan melakukan kebaikan dan berkata "sungguh, aku termasuk orang-orang yang berserah diri(muslim)". (Fushshilat : 33)

Lalu, hijrahkan tiap kata menjadi tindak nyata.
Agar benar terwujud, sebuah Peradaban.


Allaahu a'laam...