Minangkabau memiliki prosesi pernikahan yang sangat beragam, begitu juga atribut pakaian dan perhiasan yang dikenakan pengantinnya dikala melangsungkan pernikahan. Masing-masing nagari memiliki karakteristik busana pengantin dan hiasan kepala yang dikenakan pengantin juga berbeda. Berikut ini adalah tradisi pernikahan adat Serambi Sungai Pagu di Solok Selatan, yang merupakan alam serambinya Minangkabau

Adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah, begitulah falsafah masyarakat Minangkabau. Surau tidak saja menjadi tempat melakukan ritual ibadah tetapi juga lembaga yang dipercaya untuk mendidik anak-anak laki-laki hingga mereka remaja. Dalam masyarakat Minangkabau lama khususnya Solok selatan, anak laki-laki wajib tinggal di surau hingga usia mereka siap untuk merantau. Surau juga merupakan tempat menimba ilmu agama bagi para gadis Minangkabau. Pertemuan demi pertemuan tak jarang menumbuhkan benih perasaan cinta antara muda mudi Minangkabau ini yang berujung pada pernikahan.

Menjalin Pendekatan

Terdapat empat suku di Solok Selatan, yaitu: Melayu, Panai, Kampai, Tigo Lare dan Bakapanjangan. Seperti umumnya berlaku dalam masyarakat Minangkabau, tidak dibenarkan melakukan pernikahan sesama suku di Minang. Ketentuan ini wajib dipahami bagi para muda yang ingin mencari pasangan hidup. Janji setia terpartri bagi pemuda yang akan merantau. Mencari pengalaman, mencoba kemandirian serta mencari bekal materi untuk berumah tangga.

Maanta Siriah Tanyo

Mendapatkan menantu anak dari saudara suami, adalah harapan bagi para ibu di Minangkabau. Pernikahan semacam ini disebut induk bako.

Pernikahan ideal lainnya adalah ikatan pernikahan antara anak dari keluarga ibu dengan anak paman yang disebut anak pisang. Sebelum melamar ninik mamak dan orang tua sudah saling menjajaki kemungkinan menikahkan anak mereka.

Mananti bali/Maanta bali

Bagian dari prosesi pernikahan adat Minang Sungai Pagu ini memberi gambaran bahwa pihak calon pengantin pria berkewajiban menyediakan keperluan pesta kepada pihak calon mempelai wanita. Ada dua istilah untuk prosesi ini: mananti bali yang dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita dan maanta bali yang dilakukan mulai dari rumah calon pengantin pria.

Rombongan atau utusan keluarga calon pengantin pria beriringan sambil menjunjung hantaran berupa bahan mentah menuju kediaman keluarga calon pengantin wanita. Selain itu ada juga hantaran yang disiapkan oleh bako calon pengantin pria. Perlengkapan hantaran antara lain: beras, gula, telur, minyak kelapa, pisang, sirih, pinang dan sejumlah uang sesuai kesepakatan . Hantaran istimewa oleh bako calon pengantin pria: sebutir tunas kelapa, pisang raja, kacang panjang, telur bebek dan sirih pinang lengkap.

Malam Bainai

Malam Bainai di Minangkabau adalah malam seribu harapan, seribu doa bagi kebahagiaan rumah tangga anak daro yang akan melangsungkan pernikahan esok harinya. Tumbukkan daun inai, atau yang biasa disebut daun pacar, di torehkan pada kuku calon mempelai oleh orang tua, ninik mamak, saudara, handaitaulan dan orang-orang terkasih lainnya.

Akad Nikah

Kata sepakat telah didapat, ikatan kasih telah dimaktubkan dalam bingkai syariat, akad nikah. Ikrar Ijab Kabul di Minangkabau dilakukan tanpa didampingi mempelai wanita. Ijab Kabul umumnya dilakukan pada hari Jum’at siang. Usai mengucapkan akad, mempelai pria kembali ke kediamannya, kemudian sore harinya dilakukan ritual adat Manjalang.

Menunggu Waktu Manjalang

Menjelang sore seusai akad nikah, anak daro berhias lengkap. Berbalut busana adat pernikahan minang nan indah gemerlap. Kemilau sunting menghiasi kepala. Untaian kote-kote menjuntai indah di sisi pipi kiri dan kanan. Menunggu waktunya menjemput sang nahkoda biduk rumah tangga.

Manjalang

Gambaran penuh hikmah para tetua menghantar anak daro dalam mengarungi hidup rumah tangga. Payung dan bahan makanan menyimbolkan pengayoman, penghidupan bagi rumah tangga yang akan dibina anak daro yang mereka antarkan. Perjalanan biduk rumah tangga berliku yang tidak selalu indah akan dilalui setelah prosesi pernikahan adat minang terselenggara lengkap. Namun langkah tetap dimantapkan untuk satu tujuan, menghantarkan anak daro pada orang yang diamanatkan, sang suami.

Maanta Marapulai

Teman-teman mengantar marapulai – sang pengantin pria – sebagai tanda turut berbahagia. Kian hari kian berkurang jumlah pengantarnya, hingga marapulai mulai terbiasa di tinggal di rumah anak daro. Pada budaya Minang, tinggal di rumah mertua layaknya kewajiban bagi Marapulai. Sebagai pengantin baru, mereka akan menempati kamar bilik yang paling kiri

Manikam Jajak

Satu minggu setelah akad nikah, umumnya pada hari Jum’at sore, kedua pengantin baru pergi ke rumah orang tua serta ninik mamak pengantin pria dengan membawa makanan. Tujuan dari upacara adat Manikam jajak di Minang ini adalah untuk menghormati atau memuliakan orang tua serta ninik mamak pengantin pria seperti orang tua dan ninik mamak sendiri.

Sumber:
Majalah Mahligai Edisi Perdana 2006, Penulis: Atika